LIRIK
LAGU GUNDUL – GUNDUL PACUL : SEBUAH KAJIAN SEMANTIK BAHASA INDONESIA
Sri Utami Rahayu
Abstrak.Penelitian
ini dilandasi oleh pemikiran bahwa lirik lagu merupakan karya sastra yang
menggunakan bahasa sebagai medium dan mencerminkan kehidupan masyarakat. Obyek
penelitian ini adalah lirik lagu yang berjudul Gundul-gundul Pacul, lagu ini
sangat terkenal dan sudah berumur ratusan tahun, dinyanyikan di berbagai
kalangan, biasanya lagu ini dinyanyikan untuk menghibur anak-anak. Bahasa yang
terdapat dalam lagu ini tentunya memiliki makna yang perlu diungkap guna
mendapat pemahaman terhadapnya. Artikel ini berupa deskripsi dari hasil analisis
terhadap lagu Gundul – gundul pacul menggunakan pendekatan semantik.
Kata-kata Kunci: lirik lagu Gundul-gundul pacul, semantik
Bahasa
merupakan sistem atau alat komunikasi yang amat penting bagi manusia dalam
perhubungan sehari-hari. Bahasa yang digunakan merupakan sistem lambang yang
mengaitkan maksud atau fikiran manusia dengan sesuatu benda yang konkrit
ataupun sesuatu yang abstrak. Bahasa merupakan suatu unsur yang dinamik, yakni
sentiasa berubah-ubah mengikut situasi dan zaman atau perkembangan semasa.
Bahasa dapat dianalisis dan didekati dengan menggunakan pelbagai pendekatan
untuk mengkajinya. Salah satu pendekatan
yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Bidang makna
atau semantik merupakan bagian ilmu
linguistik yang tidak akan sempurna jika tidak ada kajian makna.
Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu kepada individu lain, baik itu secara lisan maupun tulisan. Pernyataan tersebut sangat benar, satu orang pun tidak ada yang akan membantah dengan pernyataan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktivitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa tubuh.
Sumarsono (2007:13) mengemukakan masyarakat itu terdiri dari individu-individu, secara keseluruhan individu saling mempengaruhi dan saling bergantung, maka bahasa yang sebagai milik masyarakat juga tersimpan dalam diri masing-masing individu. Setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual dapat berpengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa lain. Oleh karena itu, individu tetap terikat pada aturan permainan yang berlaku bagi semua anggota masyarakat. Bahasa berfungsi di tengah masyarakat dan berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi. Manusia merupakan makhluk sosial, melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Untuk melakukan hal tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat komunikasi yang berupa bahasa.
Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu kepada individu lain, baik itu secara lisan maupun tulisan. Pernyataan tersebut sangat benar, satu orang pun tidak ada yang akan membantah dengan pernyataan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktivitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa tubuh.
Sumarsono (2007:13) mengemukakan masyarakat itu terdiri dari individu-individu, secara keseluruhan individu saling mempengaruhi dan saling bergantung, maka bahasa yang sebagai milik masyarakat juga tersimpan dalam diri masing-masing individu. Setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual dapat berpengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa lain. Oleh karena itu, individu tetap terikat pada aturan permainan yang berlaku bagi semua anggota masyarakat. Bahasa berfungsi di tengah masyarakat dan berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi. Manusia merupakan makhluk sosial, melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Untuk melakukan hal tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat komunikasi yang berupa bahasa.
Bahasa merupakan faktor penting untuk
menentukan lancar tidaknya suatu komunikasi. Ketepatan berbahasa tidak hanya
berupa ketepatan memilih kata, merangkai kalimat dan juga ketepatan melihat
situasi. Artinya seorang pemakai bahasa selalu harus tahu bagaimana menggunakan
kalimat yang baik, benar dan harus melihat dalam situasi apa dia berbicara,
kapan dia berbicara, dimana dia berbicara, dengan siapa dia berbicara dan untuk
tujuan apa dia berbicara.
Penelitian
terhadap suatu bahasa memilki ranah yang luas.
Untuk memperoleh kejelasan dalam penelitian ini maka perlu diketahui
bahwa penelitian ini memilih salah satu sub disiplin struktur bahasa, yaitu
semantik. Dalam cabang ilmu bahasa, semantik merupakan ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang makna yang berada di luar gramatikal bahasa yang berbeda
dengan morfologi dan sintaksis yang berada pada tataran gramatika bahasa.
Cakupan semantik sangat luas mencakup semua tataran bahasa, baik kata, frase,
klausa, kalimat, paragraf maupun wacana.
Semantik
adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna, baik itu makna leksikal
maupun makna gramatikal (Verhaar, 2006:13). Dijelaskan bahwa semantik sebagai
ilmu yang mempelajari tentang makna atau arti yang ada pada tatabahasa morfologi,
sintaksis maupun leksikon. Semantik dibagi dua antara lain, semantik gramatikal
dan semantik leksikal. Makna grmatikal
adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu
kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses
gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Sedangkan Makna
leksikal (leksical meaning, sematic meaning, external meaning) adalah
makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk
kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat
dalam kamus.
Chaer (2009:2) mengatakan bahwa” kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa”. Jadi dengan semantik kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan makna? Bagaimanakah wujud makna? Apakah jenis makna? Apa saja yang berhubungan dengan makna? Apakah komponen makna? Apakah makna berubah? Mengapa makna berubah? Apakah setiap kata hanya memiliki satu makna atau lebih? Bagaimanakah agar kita mudah memahami sebuah kata? Semuanya dapat ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut dengan semantik.
Berkaitan dengan objek dalam analisis ini, perlu dijelaskan tentang lirik lagu yang berhubungan dengan karya sastra . Bentuk karya sastra sangat beragam, karya sastra dapat berbentuk tulisan seperti puisi, prosa, cerpen dan novel. Kaitannya dengan bentuk, karya sastra juga berhubungan dengan karya seni. Terkadang karya seni menginspirasi karya sastra dan sebaliknya karya sastra melengkapi karya seni seperti drama, lagu-lagu dan teater. Sastra dalam lirik dan drama sering memakai musik. Sastra juga bisa dijadikan tema seni lukis atau seni musik terutama pada seni tarik suara dan musik (Wellek & Warren, 1995:160).
Chaer (2009:2) mengatakan bahwa” kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa”. Jadi dengan semantik kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan makna? Bagaimanakah wujud makna? Apakah jenis makna? Apa saja yang berhubungan dengan makna? Apakah komponen makna? Apakah makna berubah? Mengapa makna berubah? Apakah setiap kata hanya memiliki satu makna atau lebih? Bagaimanakah agar kita mudah memahami sebuah kata? Semuanya dapat ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut dengan semantik.
Berkaitan dengan objek dalam analisis ini, perlu dijelaskan tentang lirik lagu yang berhubungan dengan karya sastra . Bentuk karya sastra sangat beragam, karya sastra dapat berbentuk tulisan seperti puisi, prosa, cerpen dan novel. Kaitannya dengan bentuk, karya sastra juga berhubungan dengan karya seni. Terkadang karya seni menginspirasi karya sastra dan sebaliknya karya sastra melengkapi karya seni seperti drama, lagu-lagu dan teater. Sastra dalam lirik dan drama sering memakai musik. Sastra juga bisa dijadikan tema seni lukis atau seni musik terutama pada seni tarik suara dan musik (Wellek & Warren, 1995:160).
Penelitian
ini menggunakan objek lirik lagu Gundul-gundul Pacul. Lirik lagu termasuk dalam
genre sastra karena lirik lagu adalah karya sastra utama dari puisi yang berisi
curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian. Oleh karena itu lirik
sama dengan puisi namun disajikan dengan nyanyian yang diiringi oleh musik dan
termasuk dalam genre sastra imajinatif.
Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lirik lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh komposer dan dibawakan dengan suara merdu supaya dapat dinikmati oleh para pendengar dengan baik. Lirik lagu terbentuk dari bahasa yang dihasilkan dari komunikasi antara pencipta lagu dengan masyarakat penikmat lagu sebagai wacana tulis karena disampaikan dengan media tulis pada sampul albumnya dapat juga sebagai wacana lisan melalui kaset. Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang sesuatu hal baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami.
Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lirik lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh komposer dan dibawakan dengan suara merdu supaya dapat dinikmati oleh para pendengar dengan baik. Lirik lagu terbentuk dari bahasa yang dihasilkan dari komunikasi antara pencipta lagu dengan masyarakat penikmat lagu sebagai wacana tulis karena disampaikan dengan media tulis pada sampul albumnya dapat juga sebagai wacana lisan melalui kaset. Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang sesuatu hal baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami.
Lirik
Lagu Gundul-gundul Pacul
Gundul Gundul Pacul cul..Gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul..kul Gembelengan
Wakul nggelimpang Segane dadi sak latar
Wakul nggelimpang Segane dadi sak latar
Terjemahan Lirik Lagu Gundul-gundul
Pacul
Gundul Gundul Pacul cul.
Gembelengan
Gundul ( botak tanpa rambut ) pacul (cangkul) cul (dari kata
ucul yang berarti lepas). Gembelengan (sombong atau angkuh)
Nyunggi nyunggi wakul..kul
Gembelengan
Nyunggi (membawa sesuatu di atas kepala) wakul ( bakul) kul
(penekanan dari kata bakul) Gembelengan (sombong atau angkuh)
Wakul nggelimpang Segane dadi sak
latar
Wakul (bakul) nggelimpang (jatuh) segane
(nasinya) dadi (jadi) sak latar (berantakan kemana-mana di tanah)
Wakul nggelimpang Segane dadi sak
latar
Wakul (bakul) nggelimpang (jatuh) segane (nasinya) dadi
(jadi) sak latar (berantaan kemana-mana di tanah)
Makna Asosiatif dalam Lirik Lagu
Gundul-Gundul Pacul
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki
sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar
bahasa (Chaer,2009:72). Contoh makna asosiatif seperti terdapat pada kata
“melati” berasosiasi dengan makna “suci”
atau “kesucian”, kata “bunglon”
berasosiasi dengan makna” orang yang
tidak berpendirian tetap”, kata “merah” berasosiasi dengan makna “berani” dan
sebagainya.
Leech ( dalam Chaer.2009:73) mengatakan
karena makna asosiasi ini berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan
hidup yang berlaku dalam suatu masyarakat bahasa yang berarti juga berurusan
dengan nilai rasa bahasa maka dalam makna asosiatif ini termasuk juga makna
konotatif dan makna-makna lain seperti stilistika, makna afektif, dan makna
kolokatif.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dalam
Lirik Lagu Gundul-Gundul Pacul : Sebuah Kajian Semantik Bahasa Indonesia, dapat dipaparkan penjelasan mengenai makna asosiatif
dalam lirik lagu Gundul-gundul Pacul. Berikut deskripsi hasil analisis makna
asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu Gundul-gundul pacul.
Gundul itu kepala tanpa rambut atau botak.
Pacul berarti cangkul, gembelengan berarti congkak, sombong dan
atau sembrono, Nyunggi wakul artimya membawa bakul di atas kepala
(seperti perempuan Bali membawa sesaji), wakul nggelimpang segane dadi sak
latar artinya Bakul jatuh nasinya berantakan.
Berdasarkan data di atas dapat ditemukan kata Gundul atau Kepala yang diasosiasikan dengan kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota diasosiasikan dengan keindahan kepala. Maka gundul pada lirik lagu Gundul-gundul pacul di asosiasikan dengan kehormatan yang tanpa mahkota. Pacul atau Cangkul diasosiasikan dengan rakyat jelata, karena cangkul merupakan alat kerja.
Berdasarkan data di atas dapat ditemukan kata Gundul atau Kepala yang diasosiasikan dengan kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota diasosiasikan dengan keindahan kepala. Maka gundul pada lirik lagu Gundul-gundul pacul di asosiasikan dengan kehormatan yang tanpa mahkota. Pacul atau Cangkul diasosiasikan dengan rakyat jelata, karena cangkul merupakan alat kerja.
Gundul
pacul
diasosiasikan seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota
tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan
bagi rakyatnya.
Pacul
sendiri di kalangan masyarakat jawa mengandung makna sebagai PAPAT KANG UCUL
atau empat yang lepas. Artinya bahwa kemuliaan seseorang akan sangat tergantung
empat hal, yaitu: bagaimana menggunakan
mata, hidung, telinga dan mulutnya.
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2.Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2.Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.
Gundul-gundul Pacul Cul
(ucul=lepas) artinya
orang yang di kepalanya sudah kehilangan empat indera tersebut yang
mengakibatkan sikap berubah jadi gembelengan
(congkak). Nyunggi-nyungi wakul kul (menjunjung amanah rakyat)
selalu sambil gembelengan (sombong
hati), akhirnya wakul ngglimpang
(amanah jatuh tidak bisa dipertahankan) segane
dadi sak latar (berantakan sia-sia, tak bisa bermanfaat bagi kesejahteraan.
Makna Stilistik dalam Lirik Lagu
Gundul-gundul Pacul
Makna stilistik berkenaan dengan
gaya pemilihan kata sehubungan dengan social dan bidang kegiatan di dalam
masyarakat (chaer, 2009:73). Jadi makna stilistik berhubungan dengan pemakaian
bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih
dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat
tempat tersendiri karena kata yang
digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak
ditampilkan melalui gaya bahasa.
Rangkaian
kata dan kalimat dalam bait lirik lagu gundul-gundul pacul berbentuk simile, simbolik,
asosiasi (perumpamaan) dan epos yang terdapat hubungan sebab akibat. Berupa
rangakian cerita yang diawali dengan kepemimpinan yang sombong atau angkuh. Hingga
tak mampu memegang amanat rakyat yang diibaratkan dengan membawa nasi atau
membawa wakul (tempat nasi) di atas kepala namun akhirnya harus jatuh
berantakan di atas tanah.
Maksud dari cerita yang disampaikan secara ringkas dan padat tersebut membuat lirik lagu ini sarat makna stlistika. Gaya bahasa simbolik terdapat pada kata gundul sebagai simbul kepemimpinan yang telah kehilangan kehormatan. Kata wakul dan sego digunakan sebagai simbul amanat rakyat. Gaya bahasa asosiasi atau perumpaman terdapat pada kata “ pacul” yang diumpamakan sebagai sarana atau alat untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan tidak melepaskan empat hal yaitu: 1) Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat, 2) Telinga digunakan untuk mendengar nasehat, 3) Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan, dan 4) Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil. Perumpamaan-perumpamaan pada uraian di atas adalah perumpamaan-perumpamaan yang memiliki muatan stilistik.
Maksud dari cerita yang disampaikan secara ringkas dan padat tersebut membuat lirik lagu ini sarat makna stlistika. Gaya bahasa simbolik terdapat pada kata gundul sebagai simbul kepemimpinan yang telah kehilangan kehormatan. Kata wakul dan sego digunakan sebagai simbul amanat rakyat. Gaya bahasa asosiasi atau perumpaman terdapat pada kata “ pacul” yang diumpamakan sebagai sarana atau alat untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan tidak melepaskan empat hal yaitu: 1) Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat, 2) Telinga digunakan untuk mendengar nasehat, 3) Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan, dan 4) Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil. Perumpamaan-perumpamaan pada uraian di atas adalah perumpamaan-perumpamaan yang memiliki muatan stilistik.
Makna Afektif dalam Lirik Lagu
Gundul-gundul Pacul
Makna
afektif makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan bahasa. Chaer (2009:73) mengungkapkan bahwa “ makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai
bahasa secara pribadi, baik terhadap lawan bicara maupun terhadap objek yang
dibicarakan”.
Setelah
mendengar lirik lagu ini dinyanyikan maka akan dirasakan makna afektif
diantaranya, ajakan pengarang kepada pendengar untuk menjadi seorang pemimpin
yang baik dan mampu melaksanakan amanat rakyat dengan benar. Pemimpin yang
tidak sombong dan angkuh sehingga kepemimpinannya tidak sia-sia. Jika seorang
pemimpin memiliki sikap sombong atau angkuh maka kepemimpinannya tidak akan
berhasil seperti yang terungkap pada kalimat tempat nasi (bakul) jatuh, nasinya
jadi berantakan. Pembaca atau pedengar secara sadar atau tidak sadar akan
merasa diperingatkan untuk berusaha memperbaiki diri dalam kepemimpinan sehari-hari,
baik pemimpin untuk dirinya sendiri, orang lain, keluarga maupun negara.
Makna kolokatif dalam Lirik Lagu Gundul-gundul
pacul
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Kolokatif dari kata kolokasi (berasal dari bahasa latin colloco yang berarti ada di tempat yang sama) (chaer, 2009:112). Misalnya kata layar, perahu, badai, ombak, dan tenggelam, berada dalam satu lingkungan, yaitu dalam pembicaraan mengenai laut.
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Kolokatif dari kata kolokasi (berasal dari bahasa latin colloco yang berarti ada di tempat yang sama) (chaer, 2009:112). Misalnya kata layar, perahu, badai, ombak, dan tenggelam, berada dalam satu lingkungan, yaitu dalam pembicaraan mengenai laut.
Makna
kolokatif dalam kajian ini dapat dicermati
sebagai berikut.
Kata-kata
yang terdapat dalam lirk lagu Gundul-Gundul Pacul lebih banyak behubungan dengan kehidupan
manusia secara pribadi dan universal. Seperti kata gundul, pacul, gembelengan
atau congkak, wakul, sego, kata-kata tersebut memberikan gambaran umum yang
berhubungan dengan kegiatan manusia secara pribadi dan secara universal dalam
mencapai kehidupan atau kepemimpinan yang lebih baik.
Sasaran penciptaan lirik lagu ini bukan ditujukan pada suatu ruang khusus, artinya tidak hanya ditujukan sebagai kritik terhadap pejabat atau penguasa pada suatu masa, keadaan di suatu tempat, sebagian golongan manusia, mungkin gender atau status sosial, tetapi lebih luas, lirik lagu ini ditujukan kepada setiap pribadi, secara universal hubungan dengan dirinya sendiri, orang lain dan terutama pertanggungjawaban kepada Tuhan atas kepemimpinannya. Namun secara khusus sebenarnya ditujukan kepada masyarakat jawa karena lirik lagu ini pada asalnya menggunakan bahasa Jawa.
Sasaran penciptaan lirik lagu ini bukan ditujukan pada suatu ruang khusus, artinya tidak hanya ditujukan sebagai kritik terhadap pejabat atau penguasa pada suatu masa, keadaan di suatu tempat, sebagian golongan manusia, mungkin gender atau status sosial, tetapi lebih luas, lirik lagu ini ditujukan kepada setiap pribadi, secara universal hubungan dengan dirinya sendiri, orang lain dan terutama pertanggungjawaban kepada Tuhan atas kepemimpinannya. Namun secara khusus sebenarnya ditujukan kepada masyarakat jawa karena lirik lagu ini pada asalnya menggunakan bahasa Jawa.
Makna konotatif dalam lirik lagu Gundul-gundul Pacul
Sebuah kata mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun negative. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi (chaer, 2009:65).
Makna konotatif berupa makna yang digunakan untuk mengacu
bentuk atau makna lain yang terdapat di luar leksikalnya. Lirik lagu
Gundul-gundul pacul ini penuh dengan
makna konotatif, hampir dalam setiap barisnya merupakan acuan terhadap makna
lain diluar leksikalnya, seperti yang dijelaskan pada bagian awal tentang makna
asosiasi beberapa kata menjadi acuan meskipun ada kemiripan namun terdapat
perbedaan antara makna kias dan konotatif.
Berikut uraian tentang makna konotatif dalam lirik lagu Gundul-gundul
pacul.
Gundul atau botak membawa cangkul dengan sombong
Membawa bakul dengan sombong
Kata dan kalimat dalam kutipan di atas tidak sekedar bermakna bahwa Si gundul membawa cangkul dengan sombong atau membawa bakul dengan sombong tetapi hanya sebagai acuan dari masuknya sebuah ajaran pegangan hidup yakni ajaran yang sangat baik dan mulai berkembang pesat di tanah Jawa pada saat lirik lagu ini diciptakan sekitar abad 14 oleh Sunan Kalijogo.
Gundul atau botak membawa cangkul dengan sombong
Membawa bakul dengan sombong
Kata dan kalimat dalam kutipan di atas tidak sekedar bermakna bahwa Si gundul membawa cangkul dengan sombong atau membawa bakul dengan sombong tetapi hanya sebagai acuan dari masuknya sebuah ajaran pegangan hidup yakni ajaran yang sangat baik dan mulai berkembang pesat di tanah Jawa pada saat lirik lagu ini diciptakan sekitar abad 14 oleh Sunan Kalijogo.
Kata Membawa bakul tidak hanya
membawa tempat nasi sebagai makna
denotasi tetapi memiliki makna konotasi
sebagai sebagai berikut:
Nyunggi merupakan kata kerja yang menunjukkan membawa suatu benda di atas kepala. Demikian tinggi perlambang pengembanan suatu amanat yang memang harus diletakkan tinggi-tinggi melebihi kepala, bagian tubuh yang paling tinggi. Amanat merupakan tugas kesucian yang harus dijunjung tinggi. Rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi mengamanatkan kekuasaannya kepada para wakil dan pemimpinnya. Maka menjadi kewajiban mereka untuk nyunggi, menjunjung tinggi amanat untuk dilaksanakan secara bersungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab.
Nyunggi merupakan kata kerja yang menunjukkan membawa suatu benda di atas kepala. Demikian tinggi perlambang pengembanan suatu amanat yang memang harus diletakkan tinggi-tinggi melebihi kepala, bagian tubuh yang paling tinggi. Amanat merupakan tugas kesucian yang harus dijunjung tinggi. Rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi mengamanatkan kekuasaannya kepada para wakil dan pemimpinnya. Maka menjadi kewajiban mereka untuk nyunggi, menjunjung tinggi amanat untuk dilaksanakan secara bersungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab.
bakul jatuh nasinya berantakan di
tanah
Kata-kata anak bakul, nasi, jatuh, dan berantakan di tanah, tidak pula sekedar bermakna denotatif. Pemimpin yang mengkhianati amanat rakyat, ceroboh dan teledor dalam nyunggi wakul simbol kesejahteraan itu, hanya akan menyebabkan wakul ngglimpang segone dadi sak latar. Kepemimpinan yang tidak bertanggung jawab, tidak amanah dalam menjalankan amanat rakyat hanyalah akan menimbulkan malapetaka. Segala potensi dan sumber daya yang semestinya dapat didayagunakan untuk mensejahterakan rakyat hanya akan berceceran kemana-mana dan menyebabkan kemubadziran bahkan kerusakan. Kemakmuran dan kesejahteraan yang diidam-idamkan bukannya tercapai, sebaliknya segala tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi rusak.
Setiap pemimpin yang memegang amanat nyunggi bakul rakyat, akan dimintai pertanggungjawaban kelak oleh Allah SWT. Di tangan pemimpinlah bakul sebagai konotasi kesejahteraan rakyat itu akan tetap kokoh menampung benih kebaikan dan kemakmuran, ataukah bakul itu akan tumpah menyengsarakan kehidupan rakyat.
Kata-kata anak bakul, nasi, jatuh, dan berantakan di tanah, tidak pula sekedar bermakna denotatif. Pemimpin yang mengkhianati amanat rakyat, ceroboh dan teledor dalam nyunggi wakul simbol kesejahteraan itu, hanya akan menyebabkan wakul ngglimpang segone dadi sak latar. Kepemimpinan yang tidak bertanggung jawab, tidak amanah dalam menjalankan amanat rakyat hanyalah akan menimbulkan malapetaka. Segala potensi dan sumber daya yang semestinya dapat didayagunakan untuk mensejahterakan rakyat hanya akan berceceran kemana-mana dan menyebabkan kemubadziran bahkan kerusakan. Kemakmuran dan kesejahteraan yang diidam-idamkan bukannya tercapai, sebaliknya segala tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi rusak.
Setiap pemimpin yang memegang amanat nyunggi bakul rakyat, akan dimintai pertanggungjawaban kelak oleh Allah SWT. Di tangan pemimpinlah bakul sebagai konotasi kesejahteraan rakyat itu akan tetap kokoh menampung benih kebaikan dan kemakmuran, ataukah bakul itu akan tumpah menyengsarakan kehidupan rakyat.
Penutup
Berdasarkan analisis terhadap lagu Gundul-gundul Pacul dengan pendekatan semantik ini dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu Gundul-gundul Pacul terdapat makna asosiatif, makna stilistik, makna kolokatif, makna afektif dan makna konotatif. Makna asosiatif terdapat dalam kata-kata gundul, pacul, gembelengan, wakul, sego. Makna stilistik berupa simbolik-simbolik yang juga berfungsi memperindah bunyi. Secara utuh lirik lagu ini berupa epos simile, sebuah cerita dalam perumpamaan. Makna afektif berupa ajakan, peringatan untuk berperilaku baik, menjalankan amanah dengan benar dan penuh tanggung jawab. Makna konotatif hampir terdapat dalam setiap baris lirikm lagu Gundul-gundul Pacul, kata-kata maupun kalimatnya merupakan acuan dari luar leksikalnya. Yang menceritakan tentang ajaran hidup sebagai pimpinan yang amanah dan bertanggung jawab kepada rakyat atau bawahan..
Berdasarkan analisis terhadap lagu Gundul-gundul Pacul dengan pendekatan semantik ini dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu Gundul-gundul Pacul terdapat makna asosiatif, makna stilistik, makna kolokatif, makna afektif dan makna konotatif. Makna asosiatif terdapat dalam kata-kata gundul, pacul, gembelengan, wakul, sego. Makna stilistik berupa simbolik-simbolik yang juga berfungsi memperindah bunyi. Secara utuh lirik lagu ini berupa epos simile, sebuah cerita dalam perumpamaan. Makna afektif berupa ajakan, peringatan untuk berperilaku baik, menjalankan amanah dengan benar dan penuh tanggung jawab. Makna konotatif hampir terdapat dalam setiap baris lirikm lagu Gundul-gundul Pacul, kata-kata maupun kalimatnya merupakan acuan dari luar leksikalnya. Yang menceritakan tentang ajaran hidup sebagai pimpinan yang amanah dan bertanggung jawab kepada rakyat atau bawahan..
DAFTAR RUJUKAN
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.
1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Jakarta: PT Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2009.Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta:
Rineka cipta
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika, Bahasa,
Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumarsono. 2007. Pengantar Semantik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogjakarta. Gajah Mada University Pres.
Wellek, Rene dan Austin Warren.
1993. Teori Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama.
Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar