PENGENALAN PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATAKULIAH
Pemerolehan
Bahasa Kedua
yang
dibina oleh Dr. H. Mujianto, M.Pd
Oleh
Sri Utami Rahayu NPM : 2121030066
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA
Mei 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Seorang anak
memiliki kemampuan bawaan untuk menguasai satu atau lebih bahasa. Kemampuan
bahasa ini mereka bawa sejak mereka dilahirkan ke dunia. Ketika masih kanak-kanak,
kita mulai memperoleh minimal satu bahasa yang disebut bahasa pertama (B1).Penguasaan mereka terhadap bahasa pertama diperoleh
tanpa usaha-usaha sadar.
Setelah
seorang anak memperoleh bahasa pertama (B1), maka anak tersebut akan mengalami
proses pemerolehan bahasa kedua (B2) melalui kegiatan pembelajaran bahasa.
Mungkin juga dalam pembelajaran nyata, bahasa tersebut digunakan di sekeliling
si anak tetapi lebih disukai dengan kepentingan usaha yang sama yang diperlukan
dalam proses memperoleh penguasaan pengetahuan lain menjadi sebuah pendidikan
personal.
Bahasa
kedua dapat dikuasai dengan proses belajar secara sengaja dan sadar. Hal ini
berbeda dengan penguasaan bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu. Penguasaan anak
terhadap bahasa pertama (B1) diperoleh secara alamiah. Mereka yang menggunakan
istilah pemerolehan bahasa kedua (PBK) beranggapan bahwa bahasa kedua (B2)
merupakan sesuatu yang dapat diperoleh, baik secara formal dalam pendidikan
maupun informal dalam lingkungan kehidupan.
Keterampilan
seseorang terhadap sebuah bahasa bergantung pada adanya kesempatan untuk
menggunakan bahasa tersebut. Karena itu, wajar kalau bahasa pertama lebih
dikuasai dibandingkan bahasa kedua. Tetapi, jika kesempatan untuk menggunakan
dua bahasa atau lebih sama peluangnya, maka ada kemungkinan penguasaan atas
kedua bahasa itu sama baiknya. Dapat juga terjadi keterampilan atas bahasa
pertama menjadi berkurang terutama penguasaan terhadap kosakata, jika seseorang
dalam waktu relatif lama tinggal di lingkungan masyarakat yang menggunakan
bahasa lain.
Fenomena
penguasaan bahasa pertama dan bahasa-bahasa lainnya terjadi dalam setiap bangsa
di dunia. Dewasa ini, berkat adanya perkembangan informasi dan komunikasi
antarbangsa, membuat kecenderungan masyarakat menguasai dua bahasa, bahkan tiga
bahasa sekaligus. Untuk memahami pemerolehan
bahasa kedua (PBK) atau dikenal dengan Second
Language Acquisition (SLA), kami mencoba menyusun makalah tentang
“Pengenalan Pemerolehan Bahasa Kedua” yang bersumber dari buku yang
berjudul Introducing Second Language Acqusition karya Saville-Troike pada
bab 1 dan 2.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah yang kami susun dalam makalah ini adalah sebagai berikut ini.
1.
Apakah yang
dimaksud dengan Pemerolehan Bahasa Kedua?
2.
Bagaimanakah
dasar-dasar Pemerolehan Bahasa Kedua?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
penyusunan makalah “Pengenalan Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK)” ini adalah
sebagai berikut ini.
1.
Untuk
mengenal Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK).
2.
Untuk mengetahui
dasar-dasar Pemerolehan Bahasa kedua (PBK).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan
Pemerolehan Bahasa Kedua
1.
Pemerolehan
bahasa kedua (PBK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Second Language Acquisition (SLA) telah
tumbuh dengan paradoks yang menarik. Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK) telah
berkembang menjadi sebuah cabang ilmu yang tampil dengan berbagai versi
berbeda. Hal ini dikarenakan pemerolehan bahasa kedua (PBK) menyerap sejumlah
prinsip-prinsip keilmuan, antara lain linguistik, psikologi, maupun sosial.
Untuk lebih memahami pemerolehan bahasa kedua (PBK), berikut ini penjelasan
mengenai PBK.
2.1.1
Definisi Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK)
Iskandarwassid
dan Sunendar mengartikan pemerolehan bahasa kedua (PBK) sebagai periode seorang
individu memperoleh bahasa atau kosakata baru. Menurut Saville-Troike (2006:
2), Second Language Acquisition (SLA)
refers both to the study of individuals and groups who are learning a language
subsequent to learning their first ne as young children, and to the processof
learning that language. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pemerolehan bahasa kedua (PBK) adalah kajian terhadap individu dan
kelompok yang mempelajari suatu bahasa sesudah bahasa pertama (B1) yang mereka
peroleh di masa kanak-kanak, dan terhadap proses pemerolehan bahasa kedua (B2)
tersebut.
2.1.2
Definisi Bahasa Kedua
Secara umum,
kajian pemerolehan bahasa kedua (PBK) berhubungan dengan bahasa kedua. Untuk
memahami apakah yang dimaksud dengan bahasa kedua, terlebih dahulu kita pahami
beberapa definisi berikut ini.
·
Sebuah bahasa kedua
secara khusus sebuah bahasa resmi atau bahasa
komunitas
dominan yang diperlukan untuk pendidikan, pekerjaan, dan tujuan dasar lainnya.
Bahasa kedua sering diperoleh oleh grup minoritas atau para imigran yang
berbicara selain bahasa pertama.
·
Sebuah bahasa asing
adalah salah satu bahasa yang tidak umum digunakan oleh pembelajar secara
langsung dalam konteks sosial yang kemungkinan digunakan untuk perjalanan di
masa depan atau situasi komunikasi lintas kultural lainnya, atau pembelajaran
sebagai sebuah keperluan kurikulum atau bahasa pilihan di sekolah, tetapi tidak
digunakan secara langsung atau memerlukan aplikasi secara praktis.
·
Sebuah bahasa pustaka
adalah bahasa yang berfungsi secara dasar sebagai sebuah alat untuk selanjutnya
dipelajari melalui kegiatan membaca, khususnya ketika buku-buku atau
catatan-catatan dalam bidang pendidikan yang diinginkan tetapi tidak
dipublikasikan kepada pembelajar berbahasa pertama.
·
Sebuah bahasa tambahan
adalah di mana pembelajar perlu mengetahui untuk fungsi pemerintahan dalam
latar politik terbatas mereka, atau membutuhkan untuk memperluas komunikasi,
meskipun mereka tetap menggunakan bahasa pertama tetapi mereka tetap
membutuhkan bahasa lain untuk kehidupan mereka. (Saville-Troike, 2006: 4)
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa kedua adalah bakal
bahasa yang dipelajari untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh bahasa Perancis
untuk manajemen hotel, bahasa Inggris untuk teknologi penerbangan, bahasa
Spanyol untuk pertanian, dll).
2.1.3
Definisi Bahasa Pertama
Saville-Troike
(2006: 4) menjelaskan bahwa for purposes
of SLA concerns, the important features that all shades of L1s share are that
they are assumed to be languages which are acquired during early childhood –
normally beginning before the age of about three years – and that they are
learned as part of growing up among people who speak them.
Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Murille-Troike mengartikan bahasa
pertama sebagai sebuah bahasa yang diperoleh jauh sebelum masa kanak-kanak,
biasanya dimulai kira-kira sebelum usia tiga tahun. Bahasa yang mereka pelajari
tersebut selanjutnya menjadi bagian dari pertumbuhan mereka di antara
orang-orang yang berbahasa pertama sama dengan mereka.
2.1.4
Ruang LingkupPemerolehan Bahasa Kedua (PBK)
Pemerolehan
bahasa kedua (PBK) memiliki tiga ruang lingkup. Berikut ini adalah penjelasan
dari ruang lingkup pemerolehan bahasa kedua (PBK) berdasarkan pendapat
Saville-Troike (2006: 2).
Pertama, pemerolehan
bahasa kedua (PBK) secara informal. Artinya, pemerolehan bahasa kedua (PBK)
dapat didapat dari konteks alamiah atau konteks nyata. Contohnya, ketika
seorang anak dari Jepang pindah ke USA dan memilih bahasa Inggris untuk
dipelajari saat mereka bermain dan hadir di sekolah. Ia mempelajari bahasa
tersebut secara alamiah tanpa bimbingan langsung dari seorang guru.
Kedua,
pemerolehan bahasa kedua (PBK) secara formal. Artinya, pemerolehan bahasa kedua
(PBK) secara formal di dalam kelas. Contohnya, pembelajaran bahasa Inggris saat
anak duduk di bangku sekolah.
Ketiga, pemerolehan
bahasa kedua (PBK) dengan melibatkan latar belakang dan kondisi. Pemerolehan
bahasa kedua (PBK) ini merupakan penggabungan antara pemerolehan bahasa kedua
(PBK) informal dan formal. Contohnya,
seorang siswa dari USA mempelajari bahasa Cina di Taipei atau Beijing dan ia
masih menggunakan bahasa tersebut diluar kelas untuk berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.
2.2 Dasar-Dasar
Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK)
Dalam subbab ini
akan dibahas mengenai dunia bahasa kedua, sifat alami pembelajaran bahasa,
pembelajar B1 vs B2, problem logika dari pembelajaran bahasa, dan kerangka
teoritis pemerolehan bahasa kedua (PBK). Berikut ini adalah penjelasannya.
2.2.1
Dunia Bahasa Kedua
Dalam dunia
bahasa, kita mengenal istilah monolingualism,
bilingualism, dan multilingualism.
Monolingualism mengacu pada kemampuan
untuk menggunakan hanya satu bahasa. Selanjutnya, bilingualism adalah kemampuan untuk menggunakan dua bahasa.
Sedangkan, multilingualism mengacu
pada kemampuan untuk menggunakan lebih dari dua bahasa.
Dalam
prakteknya, multilingualism berbeda dengan monolinguslism. Para pengguna B2
memiliki tingkat pengetahuan bahasa yang lebih dari pengguna B1. Selain itu,
pengguna B2 memiliki kesadaran metalinguistik dan proses yang berbeda dengan
pengguna B1.
Proses
pemerolehan bahasa kedua (PBK) atau multilingualism pada anak-anak pun berbeda
dengan orang dewasa. Pada mereka yang tumbuh dalam lingkungan multilingual
menguasai kompetensi multilingual dalam proses alamiah dalam menggukan dua atau
lebih bahasa sejak masa kanak-kanak dengan orang-orang di sekitarnya dan cenderung
menganggapnya sebagai suatu hal yang wajar. Sedangkan, menambahkan bahasa kedua
pada saat usia lebih tua sering membutuhkan usaha dan motivasi yang cukup.
Jumlah penutur
B1 dan B2 dari bahasa yang berbeda hanya bisa diperkirakan. Ketidakpastian
pelaporan bahasa tersebut disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
antara lain karena informasi linguistik sering tidak dikumpulkan secara resmi,
jawaban untuk pertanyaan dalam mencari informasi linguistik tidak mungkin
sahih, dan terdapat ketidaksepakatan tentang definisi istilah serta kriteria
untuk identifikasi.
2.2.2
Sifat Alami Pembelajaran Bahasa
Penguasaan B1
telah dilengkapi sebelum seorang anak datang ke sekolah. Penguasaan bahasa ini
berlangsung secara normal dan tanpa usaha-usaha sadar. Rata-rata anak-anak
telah menguasai kebanyakan bunyi-bunyi sebelum berusia tiga tahun. Kesadaran
terhadap pola-pola wacana dasar muncul pada usia dini. Kemudian, anak-anak
mengendalikan dasar pola-pola tata bahasa B1 sebelum usia lima atau enam tahun.
Dalam
pembelajaran bahasa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini.
1)
Peran Kemampuan Alami
Manusia dilahirkan dengan
kemampuan alami atau kapasitas bawaan untuk mempelajari bahasa. Mengamati
kemampuan natural untuk memperoleh syarat-syarat dalam bahasa dari pembawaan
yang halus, kita mengatakan bahwa bagian dari struktur bahasa adalah secara
“tutun-menurun” diberikan kepada setiap anak kecil. Iskandarwassid dan Sunendar
menjelaskan bahwa kebebasan bahasa dimulai ketika sekitar usia satu tahun di
saat anak mulai menggunakan kata-kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi
linguistik untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka.
2)
Peran Pengalaman Sosial
Sumber-sumber pemerolehan
bahasa pertama (B1) bergantung pula pada kultur dan faktor sosial. Perkembangan
itu sering dianggap sebagai hal terpenting dari sumber bahasa awal bagi
anak-anak, tetapi para ayah dan saudara yang lebih tua memiliki tanggung jawab
utama bagi pengasuhan. Pendidikan dan kelompok sosial juga menjadi sumber
dominan dalam pemerolehan bahasa untuk anak-anak. Ketika pengalaman sosial anak
melibatkan orang-orang di sekitarnya dengan menggunakan dua atau lebih bahasa,
anak-anak tersebut memiliki kapasitas alami untuk mempelajari keduanya ataupun
keseluruhannya.
2.2.3
Pembelajaran Bahasa Pertama vs Pembelajaran Bahasa
Kedua
Saville-Troike
(2006: 16-17) mengatakan bahwa perbandingan secara jelas dari pembelajaran B1
dan B2 dibagi dalam tiga fase. Fase pertama adalah fase inisial, yang banyak dipercaya ahli bahasa dan psikolog
sebagai tahap pengetahuan tentang struktur dan prinsip bahasa yang ada dalam
pemikiran pembelajar yang mendasari pengetahuan mereka di awal-awal penerimaan
bahasa pertama ataupun bahasa kedua. Fase kedua adalah fase intermediate, yaitu tahap menyokong tiap tahap dasar
pengembangan bahasa. Fase ini juga berperan dalam perubahan maturasi yang
terjadi pada bagian “grammar anak”, dan tingkat pengembangan bahasa kedua yang
diketahui sebagai “bahasa pelajar” (interlanguage).
Untuk fase ini, kita akan membandingkan proses pengembangan bahasa pertama dan
bahasa kedua dan kemudian membandingkan kondisi yang dibutuhkan atau yang
memfasilitasi pembelajaran bahasa. Fase ketiga adalah fase final, yaitu hasil pembelajaran B1 dan B2. Gambaran dari
beberapa perbedaan penting antara pembelajaran B1 dan B2 dalam tiga fase
tersebut, digambarkan dalam tabel di bawah ini.
B1
|
B2
|
Tahap/Fase Inisial (pemulaan)
|
Kapasitas/kemampuan alami
|
Kapasitas alami?
|
|
Pengetahuan bahasa pertama
|
|
Pengetahuan dunia
|
|
Kemampuan interaksi
|
Tahap/Fase Intermediate (menengah)
|
Grammar anak
|
Pembelajaran bahasa
|
Proses Dasar
|
Pematangan
|
Transfer
|
Kondisi yang Dibutuhkan
|
Input
|
Input
|
Kondisi yang Memfasilitasi
|
|
Balasan
|
|
Bakat
|
|
Motovasi
|
|
Perintah
|
|
…………
|
Tahap/Fase Akhir
|
Kompetisi native (guru)
|
Kompetensi multilingual
|
Pembelajaran
bahasa kedua juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Izzo (dalam Ghazali, 2010:
126) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa
kedua bisa dibagi menjadi tiga kategori besar: faktor personal (usia, ciri
psikologis, sikap, motivasi, strategi pembelajaran); faktor situasional
(situasi, pendekatan pembelajaran, karakteristik guru); dan aspek linguistik
(perbedaan antara B1 dan B2 dalam hal pengucapan, tatabahasa, dan pola wacana).
2.2.4
Masalah Logika dalam Pembelajaran Bahasa
Masalah logika
dalam pembelajaran bahasa timbul karena beberapa argumen sebagai berikut ini. Pertama, pengetahuan anak tentang bahasa
melampaui apa yang dapat dipelajari dari masukan yang mereka terima. Pada
dasarnya ini adalah argumen kemiskinan dari stimulus. Kedua, hambatan dan prinsip-prinsip yang tidak dapat dipelajari. Ketiga, pengembangan pola-pola secara
umum tidak dapat dijelaskan oleh input spesifik bahasa.
Untuk beberapa
lama, orang-orang berpikir bahwa anak-anak mempelajari bahasa dengan meniru
orang di sekeliling mereka.Sebenarnya, setiap anak memiliki kemampuan bahasa
bawaan. Ada tiga argumen yang mendukung hal ini. Pertama, anak-anak sering mengatakan sesuatu yang tidak pernah
dikatakan orang dewasa. Kemudian,
anak-anak menggunakan bahasa sesuai dengan peraturan bahasa universal walaupun
mereka belum pernah mengembangkan kemampuan kognitif yang diperlukan untuk
memahami peraturan ini. Terakhir, perkembangan
pola-pola bahasa anak-anak tidak ditunjukkan langsung melalui input yang mereka
terima.
2.2.5
Kerangka Dasar Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK)
Seperti yang
telah dijelaskan oleh Saville-Troike (2006), kerangka teori yang mendasari
pemerolehan bahasa kedua (PBK) antara lain pendekatan linguistik, psikologi,
dan sosial. Pendekatan-pendekatan yang berpengaruh dalam PBK akan dipaparkan
sebagai berikut ini.
1)
Linguistik
Dalam perspektif linguistik,
terdapat dua perbedaan dalam pemerolehan bahasa kedua (PBK). Pertama, fokus internal. Chomsky (dalam
Saville-Troike, 2006: 25) menyebutkan bahwa kerangka ilmu bahasa yang pertama
dengan fokus internal adalah Transformational
Generative Grammar. Dalam fokus ini, spesifikasi dari apa yang merupakan
“kapasitas bawaan” pada kemahiran berbahasa yang telah ditinjau kembali untuk
memasukkan gagasan abstrak bahwa keadaan bahasa semua orang adalah bagian dari
tata bahasa universal. Kedua, fokus
eksternal. Hal yang terpenting pada kontribusi kerangka ilmu bahasa untuk fokus
ini adalah mengkategorikan fungsinya. Dalam kerangka Chomsky menekankan pada
informasi dari ucapan dan mempertimbangkan bahasa utama sebagai sistem
komunikasi.
2)
Psikologi
Perspektif psikologi
menjelaskan pemerolehan bahasa kedua (PBK) dalam bahasa dan otak, proses
belajar, serta perbedaan pembelajar. Pertama,
bahasa dan otak. Lokasi dan gambaran tentang bahasa di otak memiliki
kemenarikan biologis dan psikologi. Kemenarikan ini kemudian berkembang secara
neurolinguistik yang mempengaruhi kognitif perspektif dalam pemerolehan bahasa
kedua (PBK). Kedua, proses belajar.
Fokus pada proses belajar berpengaruh besar pada model pembelajaran dasar
pemrosesan informasi pada komputer. Penjelasan pada perwujudan PBK adalah B2
adalah kemampuan yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Ketiga, perbedaan pembelajar.
Pemerolehan bahasa kedua (PBK) dipengaruhi oleh proses pembelajaran, sikap,
motivasi, umur, level kegelisahan pembelajar saat mempelajari bahasa kedua.
3)
Sosial
Dalam perspektif sosial, dua
fosi yang digunakan. Pertama, fokus
mikrososialuntuk kemahiran bahasa dan penggunaannya dengan cara pengolahan
kontak sosial, interpretasi, dan interaksi. Dalam pemerolehan bahasa kedua
(PBK) terlihat pada interaksi asal usul bahasa yang diperlukan. Kedua, fokus makrososial. Perhatian
fokus makrososial untuk kemahiran berbahasa dan penggunaan dalam konteks
ekologi yang lebih luas, mencakup kebudayaan, politik, dan pengaturan
pendidikan. Etnografi dalam kerangka komunikasi memberikan tanggapan luas
tentang pemerolehan dalam PBK di samping faktor linguistik dan kultural termasuk
pengetahuan sosial dan budaya yang memerlukan penggunaan secara wajar dan
menunjukkan kita untuk menimbang pembelajar PBK sebagai anggota dari grup atau
komunitas dengan sosial politik sebaik batasan linguistik mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemerolehan
bahasa kedua (PBK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Second Language Acquisition (SLA) telah
tumbuh dengan paradoks yang menarik. Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK) telah
berkembang menjadi sebuah cabang ilmu yang tampil dengan berbagai versi berbeda.
Pemerolehan bahasa kedua (PBK) adalah kajian terhadap individu dan kelompok
yang mempelajari suatu bahasa sesudah bahasa pertama (B1) yang mereka peroleh
di masa kanak-kanak, dan terhadap proses pemerolehan bahasa kedua (B2)
tersebut.
Bahasa kedua (B2)
sendiri adalah bakal bahasa yang dipelajari untuk tujuan tertentu. Sebagai
contoh bahasa Perancis untuk manajemen hotel, bahasa Inggris untuk teknologi
penerbangan, bahasa Spanyol untuk pertanian, dll). Sedangkan, bahasa pertama
sebagai sebuah bahasa yang diperoleh jauh sebelum masa kanak-kanak, biasanya
dimulai kira-kira sebelum usia tiga tahun. Bahasa yang mereka pelajari tersebut
selanjutnya menjadi bagian dari pertumbuhan mereka di antara orang-orang yang
berbahasa pertama sama dengan mereka.
Pemerolehan
bahasa kedua (PBK) memiliki tiga ruang lingkup. Pertama, pemerolehan bahasa kedua (PBK) secara informal. Kedua, pemerolehan bahasa kedua (PBK)
secara formal. Ketiga, pemerolehan
bahasa kedua (PBK) dengan melibatkan latar belakang dan kondisi.
Dalam dunia
bahasa, kita mengenal istilah monolingualism,
bilingualism, dan multilingualism.
Monolingualism mengacu pada kemampuan
untuk menggunakan hanya satu bahasa. Selanjutnya, bilingualism adalah kemampuan untuk menggunakan dua bahasa.
Sedangkan, multilingualism mengacu
pada kemampuan untuk menggunakan lebih dari dua bahasa.
Penguasaan B1
telah dilengkapi sebelum seorang anak datang ke sekolah. Penguasaan bahasa ini
berlangsung secara normal dan tanpa usaha-usaha sadar. Dalam pembelajaran
bahasa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara
lain peran kemampuan alami dan peran pengalaman sosial.
Saville-Troike
(2006: 16-17) mengatakan bahwa perbandingan secara jelas dari pembelajaran B1
dan B2 dibagi dalam tiga fase. Fase pertama adalah fase inisial. Fase kedua adalah fase
intermediate. Fase ketiga adalah fase
final.
Masalah logika
dalam pembelajaran bahasa timbul karena beberapa argumen sebagai berikut ini. Pertama, pengetahuan anak tentang bahasa
melampaui apa yang dapat dipelajari dari masukan yang mereka terima. Pada
dasarnya ini adalah argumen kemiskinan dari stimulus. Kedua, hambatan dan prinsip-prinsip yang tidak dapat dipelajari. Ketiga, pengembangan pola-pola secara
umum tidak dapat dijelaskan oleh input spesifik bahasa.
Sedangkan,
kerangka teori yang mendasari pemerolehan bahasa kedua (PBK) antara lain
pendekatan linguistik, psikologi, dan sosial. Pendekatan linguistik melihat PBK
dari fokus internal dan fokus eksternal. Selanjutnya, pendekatan psikologi
melihat PBK dari bahasa dan otak, proses pembelajaran, serta perbedaan
pembelajar. Sedangkan, pendekatan sosial melihat PBK dari fokus mikrososial dan
fokus makrososial.
DAFTAR RUJUKAN
Ghazali, Abdul Syukur. 2010.
Pembelajaran Keterampilan Berbahasa:
dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif.
Bandung: Refika Aditama.
Iskandarwassid &
Sunendar, Dadang. 2011. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Saville, Muriel &
Troike. 2006. Intriducing Second Language
Acquisition. Inggris: Cambridge University Press.