Sabtu, 25 Januari 2014

PENGENALAN PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA



            PENGENALAN PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA



UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pemerolehan Bahasa Kedua
yang dibina oleh Dr. H. Mujianto, M.Pd

Oleh
          
Sri Utami Rahayu           NPM : 2121030066
logo unisma.jpg
.



                      






UNIVERSITAS ISLAM MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
Mei 2013




BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Seorang anak memiliki kemampuan bawaan untuk menguasai satu atau lebih bahasa. Kemampuan bahasa ini mereka bawa sejak mereka dilahirkan ke dunia. Ketika masih kanak-kanak, kita mulai memperoleh minimal satu bahasa yang disebut bahasa pertama (B1).Penguasaan mereka terhadap bahasa pertama diperoleh tanpa usaha-usaha sadar.
Setelah seorang anak memperoleh bahasa pertama (B1), maka anak tersebut akan mengalami proses pemerolehan bahasa kedua (B2) melalui kegiatan pembelajaran bahasa. Mungkin juga dalam pembelajaran nyata, bahasa tersebut digunakan di sekeliling si anak tetapi lebih disukai dengan kepentingan usaha yang sama yang diperlukan dalam proses memperoleh penguasaan pengetahuan lain menjadi sebuah pendidikan personal.
Bahasa kedua dapat dikuasai dengan proses belajar secara sengaja dan sadar. Hal ini berbeda dengan penguasaan bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu. Penguasaan anak terhadap bahasa pertama (B1) diperoleh secara alamiah. Mereka yang menggunakan istilah pemerolehan bahasa kedua (PBK) beranggapan bahwa bahasa kedua (B2) merupakan sesuatu yang dapat diperoleh, baik secara formal dalam pendidikan maupun informal dalam lingkungan kehidupan.
Keterampilan seseorang terhadap sebuah bahasa bergantung pada adanya kesempatan untuk menggunakan bahasa tersebut. Karena itu, wajar kalau bahasa pertama lebih dikuasai dibandingkan bahasa kedua. Tetapi, jika kesempatan untuk menggunakan dua bahasa atau lebih sama peluangnya, maka ada kemungkinan penguasaan atas kedua bahasa itu sama baiknya. Dapat juga terjadi keterampilan atas bahasa pertama menjadi berkurang terutama penguasaan terhadap kosakata, jika seseorang dalam waktu relatif lama tinggal di lingkungan masyarakat yang menggunakan bahasa lain.
Fenomena penguasaan bahasa pertama dan bahasa-bahasa lainnya terjadi dalam setiap bangsa di dunia. Dewasa ini, berkat adanya perkembangan informasi dan komunikasi antarbangsa, membuat kecenderungan masyarakat menguasai dua bahasa, bahkan tiga bahasa sekaligus. Untuk memahami pemerolehan bahasa kedua (PBK) atau dikenal dengan Second Language Acquisition (SLA), kami mencoba menyusun makalah tentang “Pengenalan Pemerolehan Bahasa Kedua” yang bersumber dari buku yang berjudul  Introducing Second Language Acqusition karya Saville-Troike pada bab 1 dan 2.


1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami susun dalam makalah ini adalah sebagai berikut ini.
1.    Apakah yang dimaksud dengan Pemerolehan Bahasa Kedua?
2.    Bagaimanakah dasar-dasar Pemerolehan Bahasa Kedua?


1.3  Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah “Pengenalan Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK)” ini adalah sebagai berikut ini.
1.    Untuk mengenal  Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK).
2.    Untuk mengetahui dasar-dasar Pemerolehan Bahasa kedua (PBK).







BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengenalan Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua (PBK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Second Language Acquisition (SLA) telah tumbuh dengan paradoks yang menarik. Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK) telah berkembang menjadi sebuah cabang ilmu yang tampil dengan berbagai versi berbeda. Hal ini dikarenakan pemerolehan bahasa kedua (PBK) menyerap sejumlah prinsip-prinsip keilmuan, antara lain linguistik, psikologi, maupun sosial. Untuk lebih memahami pemerolehan bahasa kedua (PBK), berikut ini penjelasan mengenai PBK.
2.1.1        Definisi Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK)
Iskandarwassid dan Sunendar mengartikan pemerolehan bahasa kedua (PBK) sebagai periode seorang individu memperoleh bahasa atau kosakata baru. Menurut Saville-Troike (2006: 2), Second Language Acquisition (SLA) refers both to the study of individuals and groups who are learning a language subsequent to learning their first ne as young children, and to the processof learning that language. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa kedua (PBK) adalah kajian terhadap individu dan kelompok yang mempelajari suatu bahasa sesudah bahasa pertama (B1) yang mereka peroleh di masa kanak-kanak, dan terhadap proses pemerolehan bahasa kedua (B2) tersebut.
2.1.2        Definisi Bahasa Kedua
Secara umum, kajian pemerolehan bahasa kedua (PBK) berhubungan dengan bahasa kedua. Untuk memahami apakah yang dimaksud dengan bahasa kedua, terlebih dahulu kita pahami beberapa definisi berikut ini.
·           Sebuah bahasa kedua secara khusus sebuah bahasa resmi atau bahasa komunitas dominan yang diperlukan untuk pendidikan, pekerjaan, dan tujuan dasar lainnya. Bahasa kedua sering diperoleh oleh grup minoritas atau para imigran yang berbicara selain bahasa pertama.
·           Sebuah bahasa asing adalah salah satu bahasa yang tidak umum digunakan oleh pembelajar secara langsung dalam konteks sosial yang kemungkinan digunakan untuk perjalanan di masa depan atau situasi komunikasi lintas kultural lainnya, atau pembelajaran sebagai sebuah keperluan kurikulum atau bahasa pilihan di sekolah, tetapi tidak digunakan secara langsung atau memerlukan aplikasi secara praktis.
·           Sebuah bahasa pustaka adalah bahasa yang berfungsi secara dasar sebagai sebuah alat untuk selanjutnya dipelajari melalui kegiatan membaca, khususnya ketika buku-buku atau catatan-catatan dalam bidang pendidikan yang diinginkan tetapi tidak dipublikasikan kepada pembelajar berbahasa pertama.
·           Sebuah bahasa tambahan adalah di mana pembelajar perlu mengetahui untuk fungsi pemerintahan dalam latar politik terbatas mereka, atau membutuhkan untuk memperluas komunikasi, meskipun mereka tetap menggunakan bahasa pertama tetapi mereka tetap membutuhkan bahasa lain untuk kehidupan mereka. (Saville-Troike, 2006: 4)
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa kedua adalah bakal bahasa yang dipelajari untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh bahasa Perancis untuk manajemen hotel, bahasa Inggris untuk teknologi penerbangan, bahasa Spanyol untuk pertanian, dll).
2.1.3        Definisi Bahasa Pertama
Saville-Troike (2006: 4) menjelaskan bahwa for purposes of SLA concerns, the important features that all shades of L1s share are that they are assumed to be languages which are acquired during early childhood – normally beginning before the age of about three years – and that they are learned as part of growing up among people who speak them.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Murille-Troike mengartikan bahasa pertama sebagai sebuah bahasa yang diperoleh jauh sebelum masa kanak-kanak, biasanya dimulai kira-kira sebelum usia tiga tahun. Bahasa yang mereka pelajari tersebut selanjutnya menjadi bagian dari pertumbuhan mereka di antara orang-orang yang berbahasa pertama sama dengan mereka.

2.1.4        Ruang LingkupPemerolehan Bahasa Kedua (PBK)
Pemerolehan bahasa kedua (PBK) memiliki tiga ruang lingkup. Berikut ini adalah penjelasan dari ruang lingkup pemerolehan bahasa kedua (PBK) berdasarkan pendapat Saville-Troike (2006: 2).
Pertama, pemerolehan bahasa kedua (PBK) secara informal. Artinya, pemerolehan bahasa kedua (PBK) dapat didapat dari konteks alamiah atau konteks nyata. Contohnya, ketika seorang anak dari Jepang pindah ke USA dan memilih bahasa Inggris untuk dipelajari saat mereka bermain dan hadir di sekolah. Ia mempelajari bahasa tersebut secara alamiah tanpa bimbingan langsung dari seorang guru.
Kedua, pemerolehan bahasa kedua (PBK) secara formal. Artinya, pemerolehan bahasa kedua (PBK) secara formal di dalam kelas. Contohnya, pembelajaran bahasa Inggris saat anak duduk di bangku sekolah.
Ketiga, pemerolehan bahasa kedua (PBK) dengan melibatkan latar belakang dan kondisi. Pemerolehan bahasa kedua (PBK) ini merupakan penggabungan antara pemerolehan bahasa kedua (PBK) informal dan formal.  Contohnya, seorang siswa dari USA mempelajari bahasa Cina di Taipei atau Beijing dan ia masih menggunakan bahasa tersebut diluar kelas untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.


2.2  Dasar-Dasar Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK)
Dalam subbab ini akan dibahas mengenai dunia bahasa kedua, sifat alami pembelajaran bahasa, pembelajar B1 vs B2, problem logika dari pembelajaran bahasa, dan kerangka teoritis pemerolehan bahasa kedua (PBK). Berikut ini adalah penjelasannya.
2.2.1        Dunia Bahasa Kedua
Dalam dunia bahasa, kita mengenal istilah monolingualism, bilingualism, dan multilingualism. Monolingualism mengacu pada kemampuan untuk menggunakan hanya satu bahasa. Selanjutnya, bilingualism adalah kemampuan untuk menggunakan dua bahasa. Sedangkan, multilingualism mengacu pada kemampuan untuk menggunakan lebih dari dua bahasa.
Dalam prakteknya, multilingualism berbeda dengan monolinguslism. Para pengguna B2 memiliki tingkat pengetahuan bahasa yang lebih dari pengguna B1. Selain itu, pengguna B2 memiliki kesadaran metalinguistik dan proses yang berbeda dengan pengguna B1.
Proses pemerolehan bahasa kedua (PBK) atau multilingualism pada anak-anak pun berbeda dengan orang dewasa. Pada mereka yang tumbuh dalam lingkungan multilingual menguasai kompetensi multilingual dalam proses alamiah dalam menggukan dua atau lebih bahasa sejak masa kanak-kanak dengan orang-orang di sekitarnya dan cenderung menganggapnya sebagai suatu hal yang wajar. Sedangkan, menambahkan bahasa kedua pada saat usia lebih tua sering membutuhkan usaha dan motivasi yang cukup.
Jumlah penutur B1 dan B2 dari bahasa yang berbeda hanya bisa diperkirakan. Ketidakpastian pelaporan bahasa tersebut disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain karena informasi linguistik sering tidak dikumpulkan secara resmi, jawaban untuk pertanyaan dalam mencari informasi linguistik tidak mungkin sahih, dan terdapat ketidaksepakatan tentang definisi istilah serta kriteria untuk identifikasi.
2.2.2        Sifat Alami Pembelajaran Bahasa
Penguasaan B1 telah dilengkapi sebelum seorang anak datang ke sekolah. Penguasaan bahasa ini berlangsung secara normal dan tanpa usaha-usaha sadar. Rata-rata anak-anak telah menguasai kebanyakan bunyi-bunyi sebelum berusia tiga tahun. Kesadaran terhadap pola-pola wacana dasar muncul pada usia dini. Kemudian, anak-anak mengendalikan dasar pola-pola tata bahasa B1 sebelum usia lima atau enam tahun.
Dalam pembelajaran bahasa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini.
1)        Peran Kemampuan Alami
Manusia dilahirkan dengan kemampuan alami atau kapasitas bawaan untuk mempelajari bahasa. Mengamati kemampuan natural untuk memperoleh syarat-syarat dalam bahasa dari pembawaan yang halus, kita mengatakan bahwa bagian dari struktur bahasa adalah secara “tutun-menurun” diberikan kepada setiap anak kecil. Iskandarwassid dan Sunendar menjelaskan bahwa kebebasan bahasa dimulai ketika sekitar usia satu tahun di saat anak mulai menggunakan kata-kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi linguistik untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka.
2)        Peran Pengalaman Sosial
Sumber-sumber pemerolehan bahasa pertama (B1) bergantung pula pada kultur dan faktor sosial. Perkembangan itu sering dianggap sebagai hal terpenting dari sumber bahasa awal bagi anak-anak, tetapi para ayah dan saudara yang lebih tua memiliki tanggung jawab utama bagi pengasuhan. Pendidikan dan kelompok sosial juga menjadi sumber dominan dalam pemerolehan bahasa untuk anak-anak. Ketika pengalaman sosial anak melibatkan orang-orang di sekitarnya dengan menggunakan dua atau lebih bahasa, anak-anak tersebut memiliki kapasitas alami untuk mempelajari keduanya ataupun keseluruhannya.
2.2.3        Pembelajaran Bahasa Pertama vs Pembelajaran Bahasa Kedua
Saville-Troike (2006: 16-17) mengatakan bahwa perbandingan secara jelas dari pembelajaran B1 dan B2 dibagi dalam tiga fase. Fase pertama adalah fase inisial, yang banyak dipercaya ahli bahasa dan psikolog sebagai tahap pengetahuan tentang struktur dan prinsip bahasa yang ada dalam pemikiran pembelajar yang mendasari pengetahuan mereka di awal-awal penerimaan bahasa pertama ataupun bahasa kedua. Fase kedua adalah fase intermediate, yaitu tahap menyokong tiap tahap dasar pengembangan bahasa. Fase ini juga berperan dalam perubahan maturasi yang terjadi pada bagian “grammar anak”, dan tingkat pengembangan bahasa kedua yang diketahui sebagai “bahasa pelajar” (interlanguage). Untuk fase ini, kita akan membandingkan proses pengembangan bahasa pertama dan bahasa kedua dan kemudian membandingkan kondisi yang dibutuhkan atau yang memfasilitasi pembelajaran bahasa. Fase ketiga adalah fase final, yaitu hasil pembelajaran B1 dan B2. Gambaran dari beberapa perbedaan penting antara pembelajaran B1 dan B2 dalam tiga fase tersebut, digambarkan dalam tabel di bawah ini.



B1
B2
Tahap/Fase Inisial (pemulaan)
Kapasitas/kemampuan alami
Kapasitas alami?

Pengetahuan bahasa pertama

Pengetahuan dunia

Kemampuan interaksi
Tahap/Fase Intermediate (menengah)
Grammar anak
Pembelajaran bahasa
Proses Dasar
Pematangan
Transfer
Kondisi yang Dibutuhkan
Input
Input
Kondisi yang Memfasilitasi

Balasan

Bakat

Motovasi

Perintah

…………
Tahap/Fase Akhir
Kompetisi native (guru)
Kompetensi multilingual

Pembelajaran bahasa kedua juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Izzo (dalam Ghazali, 2010: 126) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua bisa dibagi menjadi tiga kategori besar: faktor personal (usia, ciri psikologis, sikap, motivasi, strategi pembelajaran); faktor situasional (situasi, pendekatan pembelajaran, karakteristik guru); dan aspek linguistik (perbedaan antara B1 dan B2 dalam hal pengucapan, tatabahasa, dan pola wacana).
2.2.4        Masalah Logika dalam Pembelajaran Bahasa
Masalah logika dalam pembelajaran bahasa timbul karena beberapa argumen sebagai berikut ini. Pertama, pengetahuan anak tentang bahasa melampaui apa yang dapat dipelajari dari masukan yang mereka terima. Pada dasarnya ini adalah argumen kemiskinan dari stimulus. Kedua, hambatan dan prinsip-prinsip yang tidak dapat dipelajari. Ketiga, pengembangan pola-pola secara umum tidak dapat dijelaskan oleh input spesifik bahasa.
Untuk beberapa lama, orang-orang berpikir bahwa anak-anak mempelajari bahasa dengan meniru orang di sekeliling mereka.Sebenarnya, setiap anak memiliki kemampuan bahasa bawaan. Ada tiga argumen yang mendukung hal ini. Pertama, anak-anak sering mengatakan sesuatu yang tidak pernah dikatakan orang dewasa. Kemudian, anak-anak menggunakan bahasa sesuai dengan peraturan bahasa universal walaupun mereka belum pernah mengembangkan kemampuan kognitif yang diperlukan untuk memahami peraturan ini. Terakhir, perkembangan pola-pola bahasa anak-anak tidak ditunjukkan langsung melalui input yang mereka terima.
2.2.5        Kerangka Dasar Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK)
Seperti yang telah dijelaskan oleh Saville-Troike (2006), kerangka teori yang mendasari pemerolehan bahasa kedua (PBK) antara lain pendekatan linguistik, psikologi, dan sosial. Pendekatan-pendekatan yang berpengaruh dalam PBK akan dipaparkan sebagai berikut ini.
1)        Linguistik
Dalam perspektif linguistik, terdapat dua perbedaan dalam pemerolehan bahasa kedua (PBK). Pertama, fokus internal. Chomsky (dalam Saville-Troike, 2006: 25) menyebutkan bahwa kerangka ilmu bahasa yang pertama dengan fokus internal adalah Transformational Generative Grammar. Dalam fokus ini, spesifikasi dari apa yang merupakan “kapasitas bawaan” pada kemahiran berbahasa yang telah ditinjau kembali untuk memasukkan gagasan abstrak bahwa keadaan bahasa semua orang adalah bagian dari tata bahasa universal. Kedua, fokus eksternal. Hal yang terpenting pada kontribusi kerangka ilmu bahasa untuk fokus ini adalah mengkategorikan fungsinya. Dalam kerangka Chomsky menekankan pada informasi dari ucapan dan mempertimbangkan bahasa utama sebagai sistem komunikasi.
2)        Psikologi
Perspektif psikologi menjelaskan pemerolehan bahasa kedua (PBK) dalam bahasa dan otak, proses belajar, serta perbedaan pembelajar. Pertama, bahasa dan otak. Lokasi dan gambaran tentang bahasa di otak memiliki kemenarikan biologis dan psikologi. Kemenarikan ini kemudian berkembang secara neurolinguistik yang mempengaruhi kognitif perspektif dalam pemerolehan bahasa kedua (PBK). Kedua, proses belajar. Fokus pada proses belajar berpengaruh besar pada model pembelajaran dasar pemrosesan informasi pada komputer. Penjelasan pada perwujudan PBK adalah B2 adalah kemampuan yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Ketiga, perbedaan pembelajar. Pemerolehan bahasa kedua (PBK) dipengaruhi oleh proses pembelajaran, sikap, motivasi, umur, level kegelisahan pembelajar saat mempelajari bahasa kedua.
3)        Sosial
Dalam perspektif sosial, dua fosi yang digunakan. Pertama, fokus mikrososialuntuk kemahiran bahasa dan penggunaannya dengan cara pengolahan kontak sosial, interpretasi, dan interaksi. Dalam pemerolehan bahasa kedua (PBK) terlihat pada interaksi asal usul bahasa yang diperlukan. Kedua, fokus makrososial. Perhatian fokus makrososial untuk kemahiran berbahasa dan penggunaan dalam konteks ekologi yang lebih luas, mencakup kebudayaan, politik, dan pengaturan pendidikan. Etnografi dalam kerangka komunikasi memberikan tanggapan luas tentang pemerolehan dalam PBK di samping faktor linguistik dan kultural termasuk pengetahuan sosial dan budaya yang memerlukan penggunaan secara wajar dan menunjukkan kita untuk menimbang pembelajar PBK sebagai anggota dari grup atau komunitas dengan sosial politik sebaik batasan linguistik mereka.

















BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Pemerolehan bahasa kedua (PBK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Second Language Acquisition (SLA) telah tumbuh dengan paradoks yang menarik. Pemerolehan Bahasa Kedua (PBK) telah berkembang menjadi sebuah cabang ilmu yang tampil dengan berbagai versi berbeda. Pemerolehan bahasa kedua (PBK) adalah kajian terhadap individu dan kelompok yang mempelajari suatu bahasa sesudah bahasa pertama (B1) yang mereka peroleh di masa kanak-kanak, dan terhadap proses pemerolehan bahasa kedua (B2) tersebut.
Bahasa kedua (B2) sendiri adalah bakal bahasa yang dipelajari untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh bahasa Perancis untuk manajemen hotel, bahasa Inggris untuk teknologi penerbangan, bahasa Spanyol untuk pertanian, dll). Sedangkan, bahasa pertama sebagai sebuah bahasa yang diperoleh jauh sebelum masa kanak-kanak, biasanya dimulai kira-kira sebelum usia tiga tahun. Bahasa yang mereka pelajari tersebut selanjutnya menjadi bagian dari pertumbuhan mereka di antara orang-orang yang berbahasa pertama sama dengan mereka.
Pemerolehan bahasa kedua (PBK) memiliki tiga ruang lingkup. Pertama, pemerolehan bahasa kedua (PBK) secara informal. Kedua, pemerolehan bahasa kedua (PBK) secara formal. Ketiga, pemerolehan bahasa kedua (PBK) dengan melibatkan latar belakang dan kondisi.
Dalam dunia bahasa, kita mengenal istilah monolingualism, bilingualism, dan multilingualism. Monolingualism mengacu pada kemampuan untuk menggunakan hanya satu bahasa. Selanjutnya, bilingualism adalah kemampuan untuk menggunakan dua bahasa. Sedangkan, multilingualism mengacu pada kemampuan untuk menggunakan lebih dari dua bahasa.
Penguasaan B1 telah dilengkapi sebelum seorang anak datang ke sekolah. Penguasaan bahasa ini berlangsung secara normal dan tanpa usaha-usaha sadar. Dalam pembelajaran bahasa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain peran kemampuan alami dan peran pengalaman sosial.
Saville-Troike (2006: 16-17) mengatakan bahwa perbandingan secara jelas dari pembelajaran B1 dan B2 dibagi dalam tiga fase. Fase pertama adalah fase inisial. Fase kedua adalah fase intermediate. Fase ketiga adalah fase final.
Masalah logika dalam pembelajaran bahasa timbul karena beberapa argumen sebagai berikut ini. Pertama, pengetahuan anak tentang bahasa melampaui apa yang dapat dipelajari dari masukan yang mereka terima. Pada dasarnya ini adalah argumen kemiskinan dari stimulus. Kedua, hambatan dan prinsip-prinsip yang tidak dapat dipelajari. Ketiga, pengembangan pola-pola secara umum tidak dapat dijelaskan oleh input spesifik bahasa.
Sedangkan, kerangka teori yang mendasari pemerolehan bahasa kedua (PBK) antara lain pendekatan linguistik, psikologi, dan sosial. Pendekatan linguistik melihat PBK dari fokus internal dan fokus eksternal. Selanjutnya, pendekatan psikologi melihat PBK dari bahasa dan otak, proses pembelajaran, serta perbedaan pembelajar. Sedangkan, pendekatan sosial melihat PBK dari fokus mikrososial dan fokus makrososial.















DAFTAR RUJUKAN



Ghazali, Abdul Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa: dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif.  Bandung: Refika Aditama.

Iskandarwassid & Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saville, Muriel & Troike. 2006. Intriducing Second Language Acquisition. Inggris: Cambridge University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar